Jumat, 15 September 2017

Desa Golan dan Mirah - Ponorogo Jawa Timur




Legenda desa Golan dan Mirah merupakan legenda terkenal yang berasal dari Ponorogo. Kisah memilukan yang pernah terjadi di kedua desa tersebut membuat lokasi keduanya disebut sebagai tempat keramat. Ada banyak hal misterius yang terjadi jika mengaitkan kedua desa ini dan legenda ini terus diyakini hingga sekarang ini.

Pada zaman dahulu, ada orang sakti mandraguna dan merupakan kepala desa di Golan yang bernama Ki Honggolo. Selain disegani akan kesaktiannya, Ki Honggolo juga merupakan pribadi yang arif dan bijaksana. Ia memiliki seorang putra kesayangan bernama Joko Lancur yang juga gagah pemberani dan gemar menyabung ayam.

Di suatu ketika saat Joko Lancur melewati desa Mirah, ayam jago kesayangannya yang dihimpitnya, lepas dan ‘kabur’ darinya. Ia pun kebingungan mencari ayam kesayangannya ke sana-kemari hingga sampai di sebuah dapur rumah. Ia terkejut karena ayam kesayangan yang dicarinya berada dalam bopongan seorang gadis cantik. Diketahui gadis itu bernama Mirah Putri Ayu dan ia adalah putri adik sepupu Ki Honggolono, Ki Ageng Mirah (Ki Honggojoyo).

Mereka pun jatuh cinta pada pandangan pertama, namun saat pertemuan pertama tersebut Joko Lancur tak mendapat kesan baik dari sang ayah. Sekembalinya ke Gorah, Joko Lancur bermuram durja hingga beberapa hari kemudian Ki Honggolono menanyai anak kesayangannya itu dan mendapati bahwa putranya ingin menikahi putri Ki Ageng Mirah.

Ki Honggolono pun memberangkatkan utusan untuk melamar Mirah Putri Ayu. Ki Ageng Mirah sebenarnya tak setuju karena ia tak mau memiliki menantu gemar sabung ayam, namun ia tetap menerima lamaran lalu mengajukan syarat yaitu minta dibuatkan bendungan sungai agar airnya mengairi sawah-sawah di Mirah dan minta agar dikirimkan serahan padi 1 lumbung yang harus berjalan sendiri karena tak boleh diantar dengan siapapun.

Mendengar syarat tersebut, Ki Honggolono sebenarnya tahu maksud dibaliknya. Akan tetapi demi putra kesayangannya, ia pun meyanggupi dan mulai membangun apa yang disyaratkan. Kesaktian yang dimiliki olehnya tentu memudahkan pekerjaannya. Ki Ageng Mirah yang mengetahuinya berusaha menggagalkan dengan mengirimkan gendruwo namun upayanya tak membuahkan hasil.

Hingga pada akhirnya ada satu titik yang membuat Ki Honggolono marah besar dan pecahlah pertarungan di antara keduanya. Di sisi lain, Joko Lancur mencari Mirah Putri Ayu dan mereka bersedih karena tak bisa bersatu sehingga memutuskan diri bunuh diri bersama.

Usai pertarungan, Ki Honggolono menyadari bahwa putranya tewas bunuh diri. Sambil bersedih hati, ia menguburkan kedua jenazah. Lalu ia bersumpah di hadapan pengikutnya bahwa orang dari desa Golan dan Mirah takkan bisa berjodoh, barang-barang dari Golan takkan bisa masuk ke Mirah dan takkan bisa disatukan, orang Golan tidak bisa membuat atap dari jerami dari padi, dan orang Mirah tak bisa menanam, menyimpan, dan mengolah kedelai. Dan barangsiapa yang melanggar, maka akan celaka.

Semenjak saat itu hingga sekarang ini, pantangan tersebut tetap berlaku. Banyak orang yang mencoba memasukkan barang dari Mirah ke Golan lalu ketika diperjalanan mereka mereka linglung dan mobil tak berfungsi dengan baik. Setelah barang diturunkan, keadaanya kembali normal begitu pun mobilnya. Tak percaya? Buktikan sendiri ketika ke desa Golan dan Mirah di sini:


Klampis Ireng - Ponorogo Jawa Timur



Ponorogo merupakan nama sebuah kota di Jawa Timur yang memiliki kesenian terkenal se-Indonesia, Reog Ponorogo. Di salah satu sudut kota Ponorogo, terdapat sebuah lokasi yang diyakini sebagai tempat angker oleh warga setempat. Lokasi itu adalah Klampis Ireng yang ada di desa Sragi. Siapa pun yang mendengar nama Klampis Ireng, pasti akan bergidik ngeri karena begitu wingitnya tempat itu.

Lokasi tempat keramat ini berada di tengah-tengah sawah dengan dikelilingi pepohonan besar sehingga nuansa angker akan langsung menyergap ketika kita mendatanginya. Di sana Anda akan melihat sebuah bangunan datar yang berbentuk lingkaran dengan lubang di tengahnya.

Juru kunci yang ada di Klampis Ireng menjelaskan bahwa dulunya wilayah desa ini merupakan miliki kerajaan Kyai Semar yang merupakan salah satu Punakawan. Jadi tidak heran, meski Anda sudah meninggalkan Klampis Ireng, nuansa mistis akan tetap terasa.

Dulunya kerajaan Kyai Semar begitu kaya dengan harta emas dan harta lainnya. Kyai Semar juga merupakan sosok yang baik hati, jadi pada siapa yang ia kehendaki maka ia akan mengabulkan permintaannya. Kebaikan hatinya ini terus dikenang sampai saat ini sehingga ada banyak orang yang sering datang ke Klampis Ireng hanya untuk memanjatkan permohonannya.

Agar permohonan terkabul, pengunjung diwajibkan membawa 9 macam barang seperti kembang telon, candu, kemenyan, rokok, dan sebagainya. Pantangan lainnya bagi pengunjung Klampis Ireng juga ada yaitu larangan mengenakan pakaian berwarna hijau dan dilarang datang pada Jumat Wage. Jadi, bagi Anda yang ingin pergi ke sana, hindari apa yang sudah menjadi larangan agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan pada diri Anda.

Kamis, 14 September 2017

Cerita di Balik Penghentian Pencarian Korban Longsor di Ponorogo


 Cerita di Balik Penghentian Pencarian Korban Longsor di Ponorogo








Surabaya - Banyak cerita di balik penghentian pencarian korban tanah longsor di Desa Banaran, Kecamatan Pulung, Kabupaten Ponorogo. Mulai dari dukun atau orang yang memiliki kemampuan supranatural, hingga Bupati Ponorogo yang sempat lari menghindari longsor susulan.
"Pencarian korban sudah dihentikan. Penghentian mulai dari 8 hari setelah kejadian," kata Bupati Ponorogo Ipong Muchlissoni, Minggu (16/4/2017).

Ipong menegaskan, penghentian itu atas permintaan dari keluarga korban. Di hadapan keluarga korban, bupati menyampaikan kondisi manusia yang pada umumnya jika sudah terkubur selama dua hari, maka kondisinya sudah tidak utuh lagi.

"Saya sampaikan, kira-kira bapak ibu sanggup atau tidak menyaksikan kalau ketemu dalam keadaan rusak. Ternyata hampir semuanya mengatakan tidak sanggup. Tapi ada sekitar 10 orang yang masih tetap meminta proses pencarian dilakukan. Karena suara tidak bulat, saya beri kesempatan selama 1 sampai 3 hari lagi dilakukan pencarian," tuturnya.

Ia menceritakan, ada kepercayaan di masyarakat yang membuat mereka dihentikan. Pada hari ketiga pasca kejadian longsor, ada seorang dukun mendatangi dirinya dan meminta agar proses pencarian dihentikan, agar tidak menimbulkan bencana yang lebih besar lagi.

"Pada hari ketiga atau keempat, (Dukun) datang ke saya, minta agar pencarian dihentikan. Kalau tidak dihentikan, akan menimbulkan bencana lebih besar lagi. Tapi saya tidak mungkin, itu (Saran dari dukun) menjadikan referensi untuk menghentikan proses pencarian. Tapi masyarakat percaya itu," ujarnya.

Tapi kata orang yang memiliki supranatural itu juga dipercaya masyarakat sekitarnya. Ada sekitar 10 warga lain yang keluarganya ikut tertimbun longsor, tidak mau proses pencarian korban dihentikan. Namun, setelah ada kejadian tanah longsor susulan, warga tersebut akhirnya meminta pencarian dihentikan.

"Begitu jam 8 pagi ditemukan 1 orang lagi. Sekitar jam 11 ada longsor susulan. Akhirnya warga makin manteb dan meminta ke saya agar pencarian dihentikan. Yo wes iku karepmu yo. Dudu karepku loh yo (Ya sudah itu permintaanmu, bukan permintaan saya ya)," terangnya.

Ipong menegaskan kembali, penghentian pencarian korban bukan karena dasar ada informasi dari dukun. Tapi memang melihat kondisi di lokasi yang medannya sulit dan juga bisa menimbulkan bahaya.

"Dasarnya bukan karena mistis itu. Tapi ini cerita di balik background bahwa fakta di sana seperti itu, dan masyarakat juga masih ada yang percaya," tuturnya.

Ipong juga menceritakan tentang kejadian longsor susulan di lokasi sama. Saat itu, banyak relawan sedang melakukan proses pencarian korban di bagian bawah, termasuk dirinya dan wartawan yang sedang di dekat lokasi. Tiba-tiba longsoran susulan terjadi dan membuat semua orang berlarian mencari tempat ke titik yang aman. Meski, longsoran itu berjalan agak lambat dibanding longsoran pertama yang lebih cepat pergerakannya.

"Semuanya berlarian mencari tempat yang aman. Saya juga ikut berlari, dan waktu itu nggak tahu ada anak kecil, langsung saya gendong. Ibunya mencari dan mengira anaknya hilang. Setelah ketemua, ibunya merasa bersyukur anaknya masih selamat," ujarnya.

Setelah kejadian longsor susulan itu, pihaknya memutuskan pencarian korban dihentikan.

"Saya putuskan dihentikan. Keputusan penghentian itu juga keputusan dari seluruh keluarga korban. Kalau sudah setuju semua dihentikan, ya dihentikan. Karena saya tidak mau nanti dikatakan pilih kasih," jelasnya.

Ditanya tentang lahan eks longsor tersebut ditetapkan sebagai kuburan massal korban.

"Kalau itu mau dijadikan kuburan, ya kita lakukan. Tapi kalau warga masih berharap itu dijadikan lahan pertanian lagi, ya nggak bisa. Tapi semua saya kembalikan ke warga. Pokoknya, saya dalam penanganan ini selalu melibatkan warga," pungkasnya.

Selasa, 12 September 2017

Secuil Hamparan "Surga" di Tanah Reog Ponorogo yang Membuatmu Ingin Meluncur Kesana

Kamu sudah pasti tak asing lagi dengan Reog bukan? Ya, hampir semua masyarakat Indonesia mengetahui bahwa Reog merupakan salah satu kesenian yang paling tersohor di Jawa Timur, tepatnya di Ponorogo. Reog ponorogo memang mempunyai sejarah yang panjang dan bahkan pernah di klaim juga sebagai warisan budaya negara tetangga.

Tapi, untuk keindahan alam yang ada di Ponorogo pasti tak bisa di klaim sama negara tetangga. Jika kamu sedang traveling di Ponorogo, kamu akan sangat puas dan mendapatkan pengalaman yang tak ternilai. Sebagai referensi buat kamu, berikut Anak Kos akan mereview keindahan alamnya.


 

1. Gak Bisa Mendaki Gunung Dengan Ketinggian Ribuan MDPL, Ada Bukit Cumbri yang Siap Kamu Tapaki dengan Sejuta Pesonanya

Di Puncak Bukit Cumbri, kita bisa menikmati sunset dan sunrise yang istimewa jika cuaca mendukung. Meski hanya dengan ketinggian 638 MDPL, view alam Bukit Cumbri memang keindahannya tak perlu diragukan lagi.


 

2. Belum Puas Dengan Bukit Cumbri, Saatnya Mendaki Santai di Gunung Beruk Nan Keindahannya Gak Ketulungan.

Gunung Beruk berada di desa Karang Patihan Balong Ponorogo. Gunung Beruk sebelumnya bukanlah tempat wisata, tetapi hanyalah gunung biasa. Berkat campur tangan dan pengelolaan dari Karang Taruna desa Karang Patihan, kini gunung tersebut ramai jadi perbincangan banyak orang.


 

 3. Memikmati kesejukan Telaga Ngebel, Hati yang keruh bisa langsung adem kaya melihat Chelsea Islan

Telaga Ngebel adalah sebuah danau alami yang terletak di Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo. Kecamatan Ngebel sendiri terletak di kaki gunung Wilis. Telaga Ngebel terletak sekitar 30 KM dari pusat kota Ponorogo atau yang terkenal dengan nama Kota Reyog. Keliling dari Telaga Ngebel sekitar 5 KM. Dengan suhu antara 20 - 26 derajat celcius, suhu dingin nan sejuk membuat pengunjung makin nyaman mengunjungi Telaga Ngebel. 

Selain Reyog, Telaga Ngebel merupakan salah satu andalan wisata yang dimiliki Kabupaten Ponorogo. Pemasok air bagi Telaga Ngebel terdiri dari berbagai sumber. Sumber air yang cukup deras berasal dari Kanal Santen. Selain itu, juga terdapat sungai yang mengalirinya, dimana di bagian hulu sungai terdapat air terjun yang diberi nama Air Terjun Toyomerto.

  4. Suasana Hati Lagi Gak Bersahabat, Meluncur Saja ke Air Terjun Pletuk Sooko


Air Terjun Pletuk terletak di Dusun Kranggan, Desa Jurug, Kecamatan Sooko, Kabupaten Ponorogo, Propinsi Jawa Timur. Memiliki ketinggian sekitar 30 m dan berada di atas ketinggian 450 meter di atas laut dengan curah hujan yang dimilikinya cukup tinggi. Kawasan ini dikelilingi oleh perbukitan yang menjulang tinggi, dan ditumbuhi sejumlah tanaman. Berada di tengah hutan pinus membuat lokasi ini sangat sejuk, namun sekarang hutan tersebut sudah habis

 5. Belum Puas Dengan Air Terjun Pletuk, Masih Ada Air Terjun Sunggah Yang Siap Menantimu

 

 

Air terjun yang berlokasi di Desa Selur, Kecamatan Ngarayun ini meluncur deras dari ketinggian, jatuh mengenai bebatuan yang ada dibawahnya yang menimbulkan suara gemercik yang indah dan pasti menambah suasana yang asri. Air yang berasala dari pegunungan ini sangat dingin saat menyentuh tubuh. Selain dingin, airnya juga sangat jernih dan dipenuhi berbagai jenis ikan.
      

Senin, 11 September 2017

Ponorogo Gak Cuma Punya Sate Aja. 7 Kuliner Khas Ini Juga Wajib Kamu Coba!



 



Ponorogo. Kabupaten yang terletak di sisi paling barat provinsi Jawa Timur ini terkenal dengan tarian reog dan kuliner satenya. Yup, berbeda dari sate-sate lainnya, daging ayam sate Ponorogo nggak nanggung empuknya, bumbu kacangnya pun melimpah. Nggak heran kalau kamu yang berasal dari Ponorogo sering dapat komentar orang tentang sate khas daerahmu ini.


Eh, padahal kuliner Ponorogo yang patut dicoba nggak cuma satenya! Masih ada banyak sajian yang bikin perut mendadak lapar dan liur menggenang. Hehehe. Serius, lho. Yuk, kita simak makanan apa saja yang ada di bawah ini! Supaya kalau ke Ponorogo lagi, kamu gak perlu makan sate terus pagi-siang-dan-malam hari.

1. Gak cuma daging-dagingan, Ponorogo juga juara soal pecel. Cobain deh Pecel Ponorogo yang sambal kacangnya kental dan isinya beragam

 



Menu Pecel boleh ada di mana-mana, tapi Ponorogo punya pecel yang khas, yaitu pecel tumpuk. Yang berbeda dari Pecel Ponorogo adalah sambal kacangnya yang kental dan lebih pedas. Sayurannya juga lebih lengkap mulai dari sayur hijau, mentimun, daun kemangi, tauge, dan lamtoro (petai cina). Pecel Tumpuk biasanya disajikan bersama oseng (tumis) mie dan kacang pedas. Lauk untuk pecel tumpuk juga beragam, bisa tempe goreng, piya-piya (bakwan), dan bermacam gorengan lainnya.

Salah satu yang terkenal adalah Rumah Makan Pecel Pincuk dr. Sutomo. Rumah makan ini terletak di jalan dr. sutomo. Dengan harga 5000 rupiah kamu sudah bisa mendapatkan satu porsi pecel pincuk yang lezat.


2. Suka gado-gado? Ini ada versi lebih gurihnya. Rujak Petis Welirang yang mirip Cingur Surabaya


Kalau kamu penggemar Gado-gado, kamu harus mencoba Rujak Petis khas Ponorogo ini. Berbeda dengan Gado-gado, Rujak Petis terasa lebih gurih karena Petis yang ditambahkan dalam sambal. Rujak Petis mirip dengan Rujak Cingur yang asli Surabaya, tapi tidak memakai cingur (moncong) dan kaki kambing.

Salah satu tempat makan Rujak Petis yang terkenal adalah Warung Rujak Petis Bu Tiek. Di tempat ini kamu bisa menikmati Rujak Petis dan Gado-gado dengan harga murah meriah, cuma Rp7000 rupiah. Dulunya tempat ini dikenal sebagai Rujak Petis Welirang, karena lokasinya di Jalan Welirang. Tapi kini Bu Tiek sudah memindahkan warungnya di depan Terminal Lama Ponorogo. Kalau kamu pertama kali mengunjungi tempat ini, kamu akan terheran-heran dengan keramaian pengunjungnya. Memang rasanya bikin mulut pengen ngunyah terus!

3. Tahu putih dikopyok telur setengah matang, lalu dicampur seledri, kacang, kecap manis dan bawang. Jadi deh Sego Tahu yang nikmat!

  
Makanan berat khas Ponorogo lain yang patut kamu coba ada Sego Tahu (Nasi Tahu). Sego Tahu terdiri dari nasi putih (bisa juga diganti dengan lontong) dan bumbu tahu. Tahu putih yang dikopyok dengan telur digoreng setengah matang kemudian dipotong-potong dan dicampur bawang goreng, kacang goreng, seledri, dan kecap manis. Untuk penyuka pedas bisa menambahkan sambal yang disediakan terpisah. Rasa gurih dari tahu dan manis dari kecap serta pedas dari sambal akan menjadi perpaduan yang unik dan mengenyangkan.

Sekilas, Sego Tahu mirip dengan Tahu Gimbal yang berasal dari Semarang. Bedanya tahunya dikopyok (dicampur) dengan telur sehingga lebih gurih. Satu porsi Sego tahu biasa dijual seharga Rp5000-7000.
 4. Coba juga deh Es Dawet Jabung yang rasanya “Nyess…” Cuma Rp2500, lagi!




Selain makanan berat, Ponorogo juga memiliki beragam minuman yang khas. Salah satunya adalah Es Dawet Jabung. Es Dawet Jabung berisi cendol, nangka, bubur ketan, dan grentol. Kuahnya dari santan, air gula, serta sedikit garam. Berbeda dengan es cendol pada umumnya, cendol dalam Es Dawet Jabung berwarna putih karena terbuat dari tepung beras dan tanpa bahan pengawet.

Dawet Jabung biasanya disajikan dalam mangkuk kecil. Saat memberikan pesanan, penjual menggunakan lepek di bawah mangkok. Tapik lepek ini tidak untuk diambil pembeli lho. Saat melayani pembeli, penjual dawet jabung menggunakan sebuah siwur (centong besar) untuk menuang kuah ke dalam mangkok. Uniknya siwur ini sangat khas dengan ukiran wayang di ujungnya. Konon katanya, siwur seperti ini sudah digunakan oleh orang yang pertama kali menjual Dawet Jabung.

Jabung merupakan nama sebuah desa di Kecamatan Mlarak, Kabupaten Ponorogo, tempat asal minuman ini. Meskipun berasal dari Kecamatan Jabung, tapi Es Dawet Jabung ini bisa ditemui di banyak wilayah di Ponorogo. Salah satu yang terkenal adalah warung milik Yuliana yang berlokasi di Perempatan Jabung. Dengan harga Rp2500 kamu sudah bisa menikmati manis segarnya Es Dawet Jabung yang khas Ponorogo ini.


5. Gak suka minuman santan? Minuman Cao ini bisa jadi alternatif menyegarkan





Nah, bagi yang kurang suka minuman bersantan, bisa mencoba Es Cao. Minuman ini terbuat dari juruh (terbuat dari gula merah) dan janggelan (mirip cincau tapi berwarna hitam) serta kolang-kaling. Perasan jeruk nipis menambah segar pada rasa asamnya. Es Cao yang manis dan segar bisa menjadi primadona saat bulan puasa tiba.

Es Cao bisa ditemui di warung-warung makan. Selain itu Es Cao juga bisa ditemukan di pasar-pasar tradisional (misal: Pasar Kliwon di Tamansari, Pasar Wage di Jetis, dan Pasar Legi di kota Ponorogo) dengan harga yang sangat murah meriah antara Rp500-2000. Murah banget kaaaan?
 

6. Cobain juga Gethuk Golan yang kaya rasa. Ketan hitam, kelapa, serta gula merah ada di dalamnya

Masyarakat Ponorogo tentu tidak asing dengan Gethuk yang berasal dari Desa Golan, kecamatan Sukorejo ini. Berbeda dengan Gethuk pada umumnya yang terbuat dari singkong dan gula yang ditumbuk jadi satu, Gethuk Golan disajikan bersama dengan Ketan hitam/Jadah, parutan kelapa, serta gula merah yang sudah dicairkan.

Sayangnya, makanan ini tergolong langka di Ponorogo. Untuk mendapatkan Gethuk Golan asli, kamu harus mengunjungi Desa Golan yang terletak sekitar 8 km dari pusat kota. Dulunya hampir semua masyarakat desa Golan membuat dan menjual Gethuk, tapi saat ini hanya sekitar 10 orang yang bertahan. Salah satu yang terkenal adalah Gethuk Golan Bu Jaminah yang terletak di Jl. Srikraton Kec. Sukorejo, Ponorogo. Dengan harga Rp2000-3000 kamu sudah bisa menikmati jajanan langka ini.
 

7. Ke Ponorogo, gak boleh lupa main di alun-alunnya. Ke alun-alun, gak boleh lupa cobain Pentol Gorengnya!



Sekilas pentol Ponorogo mirip dengan Cilok Bandung, dengan saus yang berbeda. Kalau Cilok Bandung saosnya terbuat dari kacang, Penthol Ponorogo saosnya dari tomat dan cabe.

Pentol Goreng seperti pentol pada umumnya, terbuat dari tepung ketela. Kemudian yang sudah ditusuk lidi dicelupkan pada adonan tepung yang lain sebelum digoreng dalam panci berisi minyak. Hal ini dilakukan berkali-kali untuk membuat pentol terasa renyah dan gurih. Beberapa penjual pentol memasukan telur burung puyuh, sehingga rasanya lebih mantap.

Pentol Goreng Ponorogo biasanya dijual secara keliling dan ditemui di sekitar Alun-alun Ponorogo. Untuk kamu yang berminat untuk mencicipi kegurihan pentol goreng tak perlu merogoh kocek banyak-banyak, karena pertusuknya pentol goreng biasa dijual seharga Rp500-700.

Itulah beberapa kuliner Ponorogo yang unik dan lezat. Kira-kira mana yang ingin kamu coba?

Peringatan Hari Jadi dan Grebeg Suro Tahun 2017 Jadi Satu




 Grebeg Suro dan hari jadi Kabupaten Ponorogo


         Untuk Pertama kalinya atau berbeda dari tahun - tahun sebelumnya, dua even terbesar kota Ponorogo, akan digabung menjadi satu even pesta rakyat terakbar Ponorogo dimaksud, adalah Peringatan Hari Jadi dan Grebeg Suro. Sebagaimana rilis jadwal kegiatan dua even tersebut yang telah dikeluarkan dan di ekspose Dinas Pariwisata Ponorogo dua even itu akan dilaksanakan periode bulan September ini tanpa jeda kedua even.
          "Memang beteul, peringatan Hari Jadi dan Grebeg Suro tahun in akan dijadikan satu bulan September mendatang. Dimana tentunya nanti dari pembukaan hingga penutupan acara ya jadi satu juga," terang Kepala Dinas Pariwisata Ponorogo. drh. Sapto Djatmiko, MM, Kepada awak media siang ini, Selasa, (11/07) di ruangannya.

           Dilanjutkan bahwa acara pembukaan dilaksanakan pada 12 September 2017. Sedang penutupan pada tangga; 21 September. 

           "Acara utama peringatan Hari Jadi, yaitu Festival Reyog Mini akan diselenggarakan selama tiga hari 12 - 14 September. Yang langsung dilanjutkan dengan Festival Reyog Ponorogo, esoknya selama lima hari. Dari tanggal 15 sampai 19 September. Jadi Festival akan berlangsung selama hampir sepuluh hari berturut - turut di panggung utama," Tambah Sapto Djatmiko.

          Diterangkan juga, bahwa penggabungan ini dimaksud untuk penghematan anggaran. Dimana jika biasannya anggaran kedua even tersebut mencapai Rp.2,3 Milyar atau tahun lalu Rp. 1,8 Milyar tahun ini dipangkas lagi tinggal sekitar Rp. 1,3 Milyar saja.

          Walau demekian, Sapto beharap agar kemeriahan pesta rakyat Ponorogo ini bisa tetap berjalan lancar dan spektakuler. Ramai dikunjungi masyarakat hingga wisatawan. Karena tetap diseretai beberapa acara pendukung sepereti kirab pusaka, pemilihan Genduk Thole Ponorogo, hingga Larungan Risalah dan doa di Telaga Ngebel. Serta beberapa pameran dan lomba. Berikut ini akan kita bahas mengenai jadwal acara Grebeg Suro tahun 2017.

        Grebeg Suro merupakan acara tradisi masyarakat Ponorogo yang diadakan setiap tahun sekali dan dibarengi dengan ulang tahun Ponorogo. Pada perayaan Grebeg Suro tahun ini, Ponorogo juga merayakan hari jadinya yang ke 521. Grebeg Suro ini diadakan pada tanggal 30 Agustus 2017 hingga 20 September 2017. Seni dan tradisi yang akan ditampilkan berupa Festifal Reyog Nasional, Kirab Pusaka, serta Larungan. Berikut merupakan jadwal kegiatan Grebeg Suro serta hari jadi Kabupaten Ponorogo:


No
Kegiatan
Tanggal, Waktu dan Tempat
1
Pemilihan Thole Genduk
30 Agustus 2017 (19.00 - 23.00) di Padepokan Reyog

2
Parade Reyog Obyok
2 September 2017 (14.00 - 17.00) di Aloon - Aloon

3
Sima'an Alqur'an
4 September 2017 (04.00 - 18.00) di Halaman Padepokan

4
PEMBUKAAN  
12 September 2017 (19.00 - 22.00) di Panggung Utama

5
FestivaL Reyog Mini XV
12 – 14 September 2017 ( 15.00 – 21.00) di Panggung utama

6
Pameran Bonsai
12- 20 September 2017 (08.00 – 22.00) di Block Macan

7
Pameran Produk Unggulan
12 – 20 September 2017 (08.00 – 22.00) di Aloon - Aloon

8
Pameran Pusaka
12 – 20 September 2017 (08.00 – 22.00) di Pendopo kabupaten

9
Pameran Seni Rupa
12 – 20 September 2017 (10.00 – 22.00) di PCC

10
Pameram Fotografi
12 – 20 September 2017 (10.00 – 22.00) di PCC

11
Lomba Keagamaan
14 September 2017 (08.00) di Kantor Kemenag

12
Festival Nasional Reyog Po
15 – 19 September 2017 (19.00 – 23.00) di Panggung Utama

13
Lomba Karawitan
16 – 17 September 2017 (18.00 – 17.00) di Pendopo Kabupaten

14
Lomba Macapat
16 September 2017 (19.00 – 22.00) di Pendopo Kabupaten

15
Lomba Burung Perkutut
17 September 2017 (08.00 – 17.00) di Sindura

16
Gowe Ponorogo MBA
17 September 2017 (06.00 – Selesai ) di Taman kota

17
Ketoprak
20 September 2017 (23.00 – 02.00) di Panggung Utama

18
Ziarah Makam Bathoro Katong
20 September 2017 (06.00 – Selesai ) di Makam Setono

19
Kirab Pusaka
20 September 2017 (13.00 – 17.00) di Kota lama ke tengah

20
Tumpeng Purak
20 September 2017 (16.00 – 17.00) di Paseban

21
Pentas Musik
20 September 2017 (21.00- 04.00) di Jalan Baru

22
Wayang Kulit
20 September 2017 (21.00 – 04.00) di Kota Baru dan lama

23
PENUTUPAN
20 September 2017 (19.00 – 22.00) di Panggung Utama

24
Larungan Telaga Ngebel
21 September 2017 (09.00 – 14.00) di Telaga Ngebel

25
Ruwatan Bumi Reyog
21 September 2017 (19.00 – 04.00) di Kemiri Jenangan





 Keterangan Gambar (© Pemilik Gambar)


Festival Reyog mini diikuti oleh beberapa sekolah maupun universitas yang ada diseluruh Indonesia. Ada yang berasal dari Madiun, Yogyakarta, Kediri, Jember, Malang, dan sebagainya. Dengan adanya kegiatan ini, diharapkan seluruh masyarakat luar bumi Reyog maupun orang asli kota Reyog mampu menjaga dan melestarikan tarian Reyog yang telah diakui oleh UNESCO sebagai warisan budaya.



 


Kirab Pusaka merupakan bagian dari cerita sejarah Ponorogo. Kirab Pusaka sendiri dilakukan agar masyarakat selalu mengingat kembali sejarah kotanya, asal muasal tarinya, pusaka yang digunakan pada masa itu, serta mengingatkan masyarakat bahwa Ponorogo pernah dua kali pindah. Para warga Ponorogo maupun luar Ponorogo selalu menantikan Grebeg Suro dan berpartisipasi dalam kegiatannya.





Keterangan Gambar (© Pemilik Gambar)